Jumat, 28 November 2008

PROFIL KOMPI

Sesuai tuntutan zaman Reformasi menggema membuat perubahan yang mendasar yang membingkai kembali system struktural kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai akibat pergeseran system pemerintahan orde baru berganti menjadi pemerintahan era Reformasi. Dan membangun kembali system yang telah hancur menjadi system yang baru bukalah pekerjaan yang mudah, tiga pemimpin Negara kita sebelumnya telah membuktikan bahwa membangun system pemerintahan diera Reformasi ini diibaratkan mem-bangun "Pondasi" rumah bagi kita berteduh.

Pada era Pemerintahan SBY-JK Pembangunan "Pondasi Rumah" me-rupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya, yang kemudian akan di-lanjutkan dengan pembangunan "tulang/pinggang Pondasi" agar kelanjutan proses pembangunan menjadi kokoh dan kuat. Harapan masyarakat kepada kabinet SBY-JK untuk membenahi seluruh system ketatanegaraan serta membersihkan segala bentuk praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi sentral tuntutan rakyat Indonesia.

Kelangsungan kehidupan Bangsa dan Negara bukan hanya semata-mata tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat bersama-sama dengan pemerintah sebagai abdi Negara untuk membangun kehidupan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Keberadaan pembangunan nasional selama masa orde baru tidak me-nutup kemajuan-kemajuan yang telah diraih, akan tetapi kelemahan-kele-mahan yang terlewati juga akan menjadi pemicu gejolak social yang mana jika dibiarkan tentu akan berakibat kepada kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

KOMPPI sebagai Komunitas Pemuda Pembangunan Indonesia yang menjadi wadah generasi muda bangsa berkenyakinan bahwa Reformasi me-rupakan kekayaan dalam kedaulatan rakyat Indonesia, berfungsi sebagai ke-beranian moral untuk memprotes pemerintah dan penguasa, selama pertum-buhan dan pemerataan ekonomi benar-benar tidak berpihak kepada kesejah-teraan rakyat. Saat ini, ekonomi Negara masih dalam kondisi yang belum stabil sementara rakyat dihadapkan kepada aktivitas ekonomi yang sulit, maka dituntut peran solidaritas dari pengusaha elit untuk meringankan beban rakyat dengan tanpa pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar